9 Maret 2011

PLN mengganti sistem pascabayar menjadi Prabayar (sistem pulsa) tanpa etika.

Minggu ini kembali aku di buat jengkel sama PLN. Baru dua tahun aku tinggal di Cikampek, untuk kedua kalinya aku harus melangkahkan kaki ke PLN dengan penuh amarah. Setelah yang pertama sekitar dua tahun lalu, aq telat 2 hari membayar tagihan PLN (tanggal 2 bulan berikutnya) listrik rumahku di padamkan tanpa memberikan surat peringatan terlebih dahulu. Kala itu aku sedang ke luar kota, masih wajar menurutku telat dua hari. Perasaan ada yang telat hingga tiga bulan baru dapat surat peringatan bukan langsung diputus begitu saja aliran listriknya, protesku kala itu. Akupun langsung meminta saat itu juga (jam 6 sore) agar PLN kembali menyambung aliran listrik rumah. Meski dengan emosi dan marah, mau juga bapak bapak PLN itu menyambung kembali aliran listrik di rumahku.

Lagi, Minggu ini 6 Maret 2011 aku pulang dari jakarta hampir tengah malam. Aku pergi ke Jakarta sejak hari Jumat pagi. Alangkah kaget nya begitu sampai di rumah. Didepan pintu rumah begitu berantakan. Pot pot bunga dan aneka barang lainnya menumpuk di depan pintu rumah. Pikiranku langsung kearah bahwa rumahku kecurian. Aku langsung cek kunci pintu rumah, dan ternyata masih terkunci dan tak jendela yang terbuka.

Setelah kuperiksa lagi sekeliling bagian depan rumah, ternyata meteran listrik rumahku berubah menjadi listrik sistem pulsa atau sistem prabayar. Jengkel banget aku dibuatnya, PLN seperti tak punya etika mengacak acak rumah orang,mengganti meteran tanpa persetujuan pemilik rumah atau setidaknya memberikan surat pemberitahuan sebelumnya bahwa akan ada penggantian meteran. Yang makin membuat aku jengkel, tengah malam disaat aku capek,pulang dari luar kota ingin langsung merebahkan badan di kasur. Gara-gara ketidak sopanan PLN aku harus memindahkan barang-barang di depan pintu rumah,baru bisa masuk rumah.

Memang sih aku pernah mendapatkan surat edaran dari PLN, bahwa hingga Agustus 2011 semua pelanggan PLN diharapkan sudah mengganti PLN dari sistem pascabayar ke prabayar (sistem pulsa). Bukannya Agustus masih 5 bulan lagi?, protesku dalam hati. Kubaca lagi surat itu, tak tertulis di situ bahwa listrik rumahku akan diganti pada bulan Maret ini?

Semakin kesal aku ketika menatap meteran yang telah berubah bentuk. Aku mulai browsing di internet, maksud dari angka angka digital yang tertera disitu, dan bagaimana isi pulsanya. Aku khawatir kalau tidak cepat cepat isi pulsa, aliran listrik di rumah ku padam. Dari hasil browsing aku tahu, bahwa jika kita menggunakan sistem pulsa (prabayar), kita akan mendapatkan kartu identitas/kartu administrasi yang berbentuk mirip kartu ATM. kartu itu kita gunakan saat akan isi pulsa, karena kartu itu berisi data data meteran kita.

Aku makin geram, karena aku tidak mendapatkan kartu itu. Bagaimana bisa aku mengisi pulsa? Bagaimana aku tahu nomer meteran aku? lebih lebih awal penggantian meteran listrik kita cuma diisi kurang lebih 7 KWH atau setara dengan Rp 5000,-.

Dengan mantap, bagi harinya aku melakukan pengaduan ke PLN. Memprotes kebijakan PLN yang melakukan penggantian tanpa pemberitahuan kepada pemilik rumah, disaat pemilik rumah tidak ada, dan yang sangat menyebalkan mengacak acak rumah orang tanpa membereskannya lagi. Memindah barang - barang semaunya sendiri.

Aku menanyakan prosedur/SOP penggantian meteran itu? Apakah emang wajib/otomatis harus ganti? Dengan santai petugas pengaduan hanya melempar aku untuk menemui petugas instalasi di Belakang. Apakah seperti ini jika ada pengaduan pelanggan? Kenapa nggak dicatat identitas ku, di catat keluhanku dan dilaporkan ke pusat untuk menjadi kan koreksi layanan PLN.

Aku pun mencari petugas instalasi yang dimaksud, kembali aku menceritakan keluhanku, dan menanyakan SOP penggantian meteran yang dilakukan PLN. Bapak itu mengatakan bahwa SOPnya memang atas persetujuan pemilik rumah, karena seharusnya pemilik rumah menandatangani berita acara penggantian PLN. So, kenapa rumahku diganti? Siapa yang menandatangani berita acara itu? Petugas itu kembali berkelit. Kalau tidak setuju dengan penggantian sistem meteran tersebut, seharusnya pelanggan mengajukan keberatan ke PLN. Aku semakin kesal, bagaimana bisa aku mengajukan keberatan? Aku saja tidak tahu jika mau di ganti sekarang.

Sepertinya petugas PLN memang sudah terlatih untuk ngeles, Dia mengatakan mungkin komplek perumahanku memang menjadi daerah percontohan sistem pulsa. Dan kesepakatan tersebut telah mendapat persetujuan dari warga lain serta ketua RT setempat. Aku sedikit melunak, karena memang aku jarang di rumah, sehingga ada kemungkinan aku tidak tahu kebijakan komplek perumahanku.

Akhirnya aku menanyakan kartu identitas meteranku untuk membeli token pulsa. Kembali aku dibuat kesal, bapak itu dengan tenang menyatakan bahwa kartu itu diberikan langsung kepada pemilik rumah saat penggantian meteran. Jadi kartu itu sudah tidak ada di PLN. Emang mbak nggak terima? tanya bapak itu. Bagaimana saya bisa terima, dari awal saya komplain mereka mengganti saat rumah saya kosong, saat tak ada orang di rumah.

Bapak PLN yang terhormat itu pun menjanjikan akan mengantarkan Kartu itu ke rumah dalam tiga hari ini. Sementara aku diberi selembar kertas berisi identitas meteran untuk beli token pulsa.

Sore hari sepulang aku kerja disepanjang jalan komplek menuju rumahku, aku perhatikan kiri kanan. Perasaan meteran rumah rumah tetanggaku masih sama, sama sekali tak diganti. Aku bertanya pada salah satu tetanggaku. Makin geram aku mendengar jawabannya. Penggantian itu hanya dilakukan pada rumah yang mau saja. Jika tidak mau ya dilewati/tidak diganti.Malahan sebagian besar warga di perum ku tidak mau di ganti meterannya. Kasus serupa denganku, diganti saat rumah kosong juga dialami penghuni perum yang lain.

Aku bisa ambil kesimpulan, PLN benar benar tidak punya ETIKA. PLN seperti maling dalam mengganti sistem prabayar. Disaat pemilik rumah tidak ada, disaat pemilik rumah tak punya kesempatan untuk bilang tidak.

Sebenarnya ingin sekali aku kembali ke PLN, menanyakan lagi kenapa tak semua rumah di Perum ku diganti. Kenapa hanya rumah kosong. Sah sah saja dong jika aku minta PLN kembali mengganti meteranku menjadi sistem pasca bayar. Karena dari awal aku tak menyetujui listrik rumahku diganti menjadi Sistem prabayar.

7 komentar:

  1. Cara yg dilakukan PLN semacam pemaksaan. Pelanggan untuk PLN bukanlah raha karena selama ini PLN tidak punya saingan.
    Sama seperti dulu TELKOM dengan telepon kabelnya sangat sombong, sekarang sainganya operator handphone merambah kemana-mana. TELKOM kini terlambat menyadari pentingnya pelanggan

    BalasHapus
  2. hhhh...sama....ini PLN kebanyakan calo....sy naik daya bayar...dengan meteran pasca bayar....saya ga setuju diganti pra bayar....dipaksa karena peraturan...peraturan mana?...koq dipaksa?...memangnya ada keppres nya?...PLN ga bisa diandalkan. memalukan. ganti saja pimpinannya yg mau dengerin rakyat. bukannya bantu rakyat, malah nyusahin. alesan hemat listrik lah, padahal mau ngakalin aja pake pra bayar yg sebenarnya lebih mahal. pembodohan terhadap rakyat.!!!!!!...lama-lama ga usah pake PLN...sepanjang masa mengecewakan....sy berdoa smoga ada teknologi yg ga ngandelin PLN lagi...biar PLN bangkrut aja skalian...!!!...ga berguna buat rakyat. PLN cuma komersil buat rakyat....hey PLN, lama-lama juga rakyat akan tahu product bencana pra bayarmu..!!!

    BalasHapus
  3. @berwisata.. yup... minimal PLN mau meningkatkan kualitas pelayanannya.. jangan keseringan padamin lampu....

    @anonim, sudah ada sih teknologi pengganti PLN, pake listrik tenaga surya/matahari. salah satu perusahaan elektronik kita juga sudah ada yang menjual panel nya. Sayang nya harga panel surya nya masih sangat mahal. Mudah mudahan pemerintah melakukan konversi PLN ke listrik tenaga surya, dengan membagi bagi kan panel surya gratis,,,,,

    BalasHapus
  4. yah beginilah PLN kerjanya asal-asalan, setahu saya untuk mengganti meteran itu dikerjakaan oleh rekanan PLN jadi kerjanya hanya mencari keuntungan, berapa banyak meteran yang diganti berbanding lurus dengan keuntungan rekanan PLN.
    pengalamanku bila pembayarannya menunggak sipembawa surat peringatan berlaga kaya dia yg punya PLN mau mengancam memutus bila tidak membayarnya.saya hadapi dan menantang untuk memutus jaringan bila mau diputus, ahirnya dia melemah dan meminta berdamai dengan meminta sejumlah uang dan permintaan ini juga saya tolak. beginilah cara kerja PLN yang tak bisa melayani publik dengan baik.

    BalasHapus
  5. Itu yang terjadi dengan saya sekarang... Dan lebih parah mereka menyiapkan orang untuk mengecoh orNg d rumah dan tidak di sangka yang lain merusak kita punya meteran dg palu.. Dan dg santainya mereka hanya bilang meterannya rusam dan harus d ganti... Itu yg membuat kami skrg di NTT sedang was2...

    BalasHapus
  6. Smoga segera ada pesaing PLN

    BalasHapus
  7. Sudah sangat geram dg etika pegawai PLN yg selalu mengecek KWH setiap bulannya. Asal masuk aja tanpa permisi. Pdhl gerbang tertutup. Saat dikonfirmasi ke 123 jwban mbak2 CS nya lbh amazing..ktanya bebas bagi PLN utk masuk ke area rmh saya walaupun gerbang tertutup. Berarti boleh ya saya masuk rumah si mbk PLN nya klo ga dikunci tnpa kata "permisi ato salam" bebas ya.. Masuk rumah org..kan ga dikunci.. Arrogant sekali PLN..

    BalasHapus